Jumat, 29 November 2019

Jasa Amerika Serikat (USA)

Perasaan heran, sedih, senang, benci, takut, dsb...bisa bercampur-aduk gak karuan....saat kita membahas sejarah (politik)...tengok saja cerita kubu-kubu an pada event politik kemaren... 🤔 😁

---0|0---

Demikian juga kalau membahas (sejarah) Amerika, Jepang, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman ataupun negara-negara lainnya.....

Mendiang Ayah saya adalah orang yang suka (membaca buku) sejarah....

Saya masih ingat, cerita beliau,  waktu saya masih berusia belasan tahun:

"Indonesia merdeka itu salah satunya karena jasa Amerika"...

"Kok bisa?"....sayapun bertanya...

"Amerika membom atom Jepang (Nagasaki & Hiroshima), yang menyebabkan Jepang 
menyerah (15 Agustus 1945)...dan Indonesia dibiarkan merdeka (17 Agustus 1945)..."

"Padahal Amerika bisa saja mengambil negeri jajahan Jepang (Hindia Belanda).... menjadi jajahannya..."

Beliau melanjutkan ceritanya:

Dulu Nusantara itu kerajaan kecil-kecil....Belanda datang...kemudian jadilah "Hindia Belanda"...wilayah yang jauh lebih luas dibandingkan negaranya sendiri (Belanda) .....

Saat Belanda dikuasai Perancis... Gubernur Jenderal Hindia Belanda diganti Daendels.

Saat kalah dari Inggris.... Gubernur Jenderal Hindia Belanda diganti Raffles (Orang Inggris).....

Saat dikalahkan Jepang....Nusantara menjadi wilayah pendudukan jepang.....

tapi saat Jepang menyerah pada Amerika......daerah pendudukan Jepang (Nusantara)....tidak menjadi Jajahan Amerika.... malah dibiarkan merdeka ....

Foto bersama expert dari Amerika (acara training)

Saat mau foto saya bilang "I want to take a picture with nuclear expert from America, a dangerous man", dia dan beberapa peserta pun tersenyum.

---0|0---

Begitulah sejarah, banyak cerita di sana, Sekarang kita berhubungan baik dengan Jepang, Belanda, Perancis, Inggris, terutama dengan Jepang.

tapi.....
memang masih ada yang mengganjal tentang Amerika yaitu pembentukan Negara Israel di Timur Tengah....dan itu masalah yang sangat sulit dipecahkan......Israel & Palestina itu wilayah yang sempit....tidak seperti Amerika ataupun Australia yang demikian luas...jadi dulu Suku Indian atau Aborigin bisa berbagi tempat dengan para imigran yang datang dari Eropa itu...

Sebagaimana kaum Yahudi yang sudah tidak jelas dari mana negara asalnya......kaum imigran yang dahulu datang ke Amerika dan Australia juga sudah tidak jelas negara asalnya, dari Eropa sebelah mana...

kan beda dengan orang Belanda/Jepang selesai pendudukan, ya mereka pulang kampung, masalah selesai....kita berdamai dan bahkan berhubungan baik dengan mereka.

Note:
  1. Cerita tentang sejarah atau politik tidak mungkin 100% obyektif, selalu ada unsur subyektif di dalamnya.
  2. Dahulu kala memang Majapahit pernah menguasai Nusantara, tapi ingat, wilayah Indonesia itu adalah bekas wilayah Hindia Belanda, bukan bekas wilayah Majapahit.
  3. Pasukan sekutu memang pernah kembali mencoba menguasai Indonesia, setelah deklarasi kemerdekaan 1945, tetapi di dalamnya tidak ada pasukan Amerika.
  4. Pada Perang Dunia ke-2, Amerika mengalahkan Jepang di Asia dan Jerman di Eropa, tetapi tidak mengambil daerah kekuasaan mereka menjadi wilayah jajahannya.
  5. Ayah saya bilang: "Sepertinya Amerika sengaja mem-bom Hiroshima dan Nagasaki, bukan Tokyo...Coz, kalau Kaisarnya meninggal, bisa gak selesai-selesai perang dengan Jepang".
  6. PBB (dalam hal ini IAEA) sangat mengontrol kepemilikan bahan nuklir (Uranium, Plutonium, dsb), sehingga bom atom (bom nuklir) hanya pernah digunakan dalam perang di Nagasaki & Hiroshima, setelah itu tidak pernah lagi, bahkan saat ini kelompok/orang yang sudah antara hidup dan mati di daerah konflik (perang) pun tidak bisa membeli/menggunakannya, demikian ketat pengawasannya dari penambangan, pemrosesan, penyimpanan, hingga pemanfaatannya.
  7. Teknologi fisi nuklir adalah teknologi kuno, teknologi tahun 1940-an, maka agar tidak dimanfaatkan sembarangan, yang diawasi (dikendalikan) adalah peredaran bahannya (bahan nuklir).
  8. Akar sejarah serta adanya perbedaan agama Muslim vs Yahudi menambah rumit konflik timur tengah.
  9. Selain konflik Arab-Israel, juga ada konflik Sunni vs Syiah,  bahkan....korban konflik Sunni-Syiah lebih banyak dibandingkan konflik Arab-Israel.
  10. Kalau ingat konflik Israel-Palestina (sebagian dari) kita jadi  "benci tapi rindu" atau mungkin lebih tepatnya "tidak suka tapi butuh" dengan Amerika, sebagaimana kita sangat tergantung dengan teknologi Amerika (Boeing, Satelit, GPS, Microsoft, FB, Apple, Google dan masih banyak lagi)...Sebagaimana sarcastic joke yang muncul....klo mau boikot produk kafir silahkan naik onta saja, gak usah pakai hape, komputer dsb....🤭

Selasa, 22 Januari 2019

Mengapa Partai Islam Kalah?

Politik memang tidak bisa hitam-putih. Ia merupakan wilayah abu-abu, seringkali membuat orang yang mengamatinya terkaget-kaget; dari berdecak kagum, kemudian menjadi pembenci. Begitu juga sebaliknya [1].

Seperti pemilu-pemilu sebelumnya, tahun ini akan ada banyak partai berkompetisi memperebutkan suara rakyat.

Dari sekian partai yang berkompetisi, ada lima partai yang dikenal sebagai partai berbasis Islam, di antaranya adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Walaupun umat muslim mayoritas di negeri ini tetapi tidak serta merta partai Islam menjadi pemenang, bila kita lihat data pemilu yang lalu:

Hasil Pemilihan Umum DPR [2]

 Apa penyebab rendahnya elektabilitas partai? [3]
  1. Didera isu perpecahan partai.
  2. Program partai tidak terasosiasi dengan calon Presiden yang kuat.
  3. Tersangkut korupsi.
  4. Tingkat kepercayaan masyarakat ke partai rendah [4].
  5. Tidak punya cukup publikasi untuk menarik pemilih.
  6. Tidak terdengar kiprahnya.
Berikut hasil pemilu setelah berakhirnya masa orde baru, dan dimulainya lagi sistem multi partai [5-8]:

Persentase (kursi) Hasil Pemilu DPR (1999 - 2014)

Persentase (kursi) Hasil Pemilu DPR (1999 - 2014)

Bagaimana total persentase perolehan kursi dari partai-partai berbasis Islam? Selama periode pemilu 1999 s.d 2014 perolehan kursi mereka tidak melebihi 40% :

Persentase (kursi) DPR Partai Berbasis Islam (1999 - 2014)

Persentase (kursi) DPR Partai Berbasis Islam (1999 - 2014)

Pertanyaannya mengapa partai Islam sulit menjadi pemenang? dengan kata yang lebih mudah dipahami, mengapa partai tersebut gagal merebut hati para pemilih.
Beberapa penyebab runtuhnya parpol Islam [9]:
  1. Melorotnya kepercayaan publik pada partai Islam karena adanya petinggi atau kader partai Islam yang terjerat kasus korupsi. Kejahatan korupsi yang sangat bertentangan dengan Islam seharusnya dicontohkan oleh parpol Islam. Namun pada kenyataannya, politikus dari parpol Islam pun terjatuh pada kesalahan yang sama. Hingga muncul anggapan 'sama saja partai Islam atau bukan yang penting orangnya'. Adanya fenomena 'Islam Yes, partai Islam No'.
  2. Minimnya pendanaan. 
  3. Kampanyenya juga mirip partai lain (konvoi motor digeber-geber bikin sakit telinga, melanggar peraturan lalu lintas, konser musik, dll) [10].
  4. munculnya tindakan anarkisme yang mengatasnamakan Islam sehingga berdampak pada kecemasan masyarakat. 
  5. Konflik antar sesama umat muslim, fanatisme ideologis [11].
  6. Saat ini partai nasionalis pun mengakomodasi kepentingan dan kegiatan kelompok Islam. Terlepas dari motif substantif ataupun simbolis, banyak partai nasionalis yang membentuk majelis zikir dan kegiatan Islam lain. "Survei (LSI) menunjukkan 57,8 persen publik percaya partai nasionalis juga mengakomodir kepentingan masyarakat Muslim".
Pemilih menerapkan standar (ahlak) yang lebih tinggi untuk partai Islam dibandingkan partai lainnya. Kita berharap bahwa partai Islam adalah partai tanpa cela, kesalahan sedikit saja bisa menyebabkan konstituennya lari. Petinggi/kader partai Islam yang melakukan kesalahan yang sama dengan kesalahan yang dilakukan oleh petinggi/kader partai lain akan ditanggapi berbeda oleh para pemilih, apalagi kalau kesalahan tersebut dilakukan oleh pemuka agama yang sekaligus petinggi/kader partai:
Katanya Ustadz kok korupsi? (https://bit.ly/2UJdr8s)
Ketika dikhianati oleh orang yang kita percaya sekaligus kita cintai, hormati dan teladani maka kita akan merasa sakit hati 2 kali lipat. Perasaan kecewa, jengkel, marah, sedih bercampur aduk. Bagaimana tidak?... Lihat saja sikap umat terhadap mereka:
  1. Penghormatan, ada yang mencium tangannya saat berjabat tangan, tidak berjalan di depan mereka, tidak menanyainya dalam keadaan yang lelah atau bosan, tidak menyakiti hatinya (menganggap dapat menyebabkan ilmu tidak berkah) [12].
  2. Memandang penuh perhatian kepadanya saat diberi arahan (taushiyah/ceramah) [12], tanpa interupsi dan debat, padahal kita tahu kadang isi ceramahnya salah, terutama kalau yang mereka bahas bukan perkara agama.
  3. Menaati mereka dalam hal yang baik, mengikuti bimbingan dan arahan mereka [13].
  4. Mengembalikan urusan umat kepada mereka [13].
  5. Tidak menjelekkan dan menyebut kejelekannya [14].
  6. Di kalangan pesantren jamak ditemukan santri ‘berebut’ makanan atau minuman sisa dari kiainya. Tidak lain, alasan mereka melakukan hal itu adalah untuk mencari berkah (ngalap barokah) dari kiainya [15].
  7. Loyalitas (kesetiaan) pengikut terhadap mereka luar biasa, apabila ada pemuka agama yang mengkritik pendapat kelompok/mahzab lain tentang perkara agama, tak jarang para pengikutnya juga melakukan hal yang sama, hingga mengakibatkan perdebatan panjang yang menciptakan jarak di antara umat.
Ketika ada Ulama/petinggi partai Islam terlibat suatu tindak pidana, Pengikut/Konstituennya pun terpecah:
  1. Sebagian percaya, bahwa mungkin saja tokoh tersebut melakukan kesalahan, beliau bukanlah Nabi/Malaikat yang bebas dari kesalahan, biarkan proses hukum yang membuktikan beliau benar/salah.
  2. Sebagian lagi tidak percaya, mereka menganggap telah terjadi kriminalisasi, rekayasa politik, mereka “membabi-buta” dalam membela. Mereka berpendapat tokoh tersebut panutan, orang suci, beliau teladan tidak mungkin melakukan kesalahan.
Agar terhindar dari sikap di atas, sebaiknya kita tidak hanya memiliki segelintir tokoh panutan, ada banyak Ulama/Ustadz/Kiai di Indonesia, jadi kalau di antara mereka ada yang berbuat kesalahan, kita tidak perlu membabi buta dalam membela mereka, biarkan proses hukum yang membuktikan beliau benar/salah.

Dengan kelebihan dan kekurangannya. Partai Islam memiliki peran penting dan strategis. Sebagai Lembaga Legislatif (DPR/DPRD) mempunyai kewenangan menyusun Undang-Undang ataupun Perda, Partai Islam dapat berperan aktif dalam mencegah legalisasi hal-hal yang diharamkan menurut syariat Islam. Mari kita simak berita berikut:

Minol:
  1. https://bit.ly/2Uy7URR
  2. https://bit.ly/2DQ8YLm
  3. https://bit.ly/2S4M77L
  4. https://bit.ly/2WyAcgU
  5. https://bit.ly/2G3j4uN
Judi dan Ganja:
  1. https://bit.ly/2MS2COJ
  2. https://bit.ly/2HLsfl3

PILPRES 2019 

Partai Pengusung Capres-Cawapres Pemilu 2019 [16]
Pilpres tahun ini merupakan persaingan antara koalisi yang dipimpin oleh PDIP dan koalisi yang dipimpin Gerindra, dari ke-empat calon (Capres dan Cawapres), hanya ada perwakilan dari Petinggi/Kader Gerindra dan PDIP. Berikut nama koalisi dan persentase kursi (DPR) [17]:

Koalisi Indonesia Kerja (60.3 %):
  1. PDIP (19.5 %)
  2. Golkar (16.2 %)
  3. PKB (8.4 %)
  4. PPP (7 %)
  5. NasDem (6.3 %)
  6. Hanura (2.9 %)
Koalisi Indonesia Adil Makmur (39.7 %):
  1. Gerindra (13 %)
  2. Demokrat (10.9 %)
  3. PAN (8.7 %)
  4. PKS (7.1 %)
Partai-partai Islam terpecah menjadi bagian dari 2 kubu, dengan jumlah persentase kursi (DPR) yang kurang signifikan, mereka tidak mampu mengajukan kandidat Capres maupun Cawapres, yang memprihatinkan ketika terdapat simpatisan dari kedua kubu (khususnya partai Islam) yang saling sindir/ejek karena perbedaan pilihan dalam Pilpres.
Pertanyaannya: mengapa Partai berbasis Islam tidak berkoalisi untuk mengusung Capres-Cawapres sendiri? bukankah total persentase kursi yang mereka miliki sebesar 31,2 %, sudah melebihi presidential treshold, yaitu syarat minimal pengusungan calon Presiden sebesar 20 %.
  1. PAN (8.7 %)
  2. PKB (8.4 %) 
  3. PKS (7.1 %)
  4. PPP (7 %)
Dari berbagai sumber, berikut penjelasan, mengapa partai berbasis Islam sulit untuk berkoalisi membentuk poros Islam?
  1. Ego, setiap partai cenderung mengusung ketua umumnya sebagai calon pemimpin negara [18].
  2. Tidak adanya figur kuat untuk menjadi figur Capres koalisi [18].
  3. Parpol-parpol Islam punya segmentasi pemilih tersendiri, meragukan, misalnya, warga NU akan memilih PAN [18]. dan Sebaliknya warga Muhammadiyah akan memilih PKB. Adanya kekhawatiran dan anggapan "Bila terjadi koalisi antar segmen tersebut, malah akan memperlemah. Koalisi yang segmennya tidak saling bersinggung justru makin kuat, tidak saling mengganggu" [19].
  4. Faktor historis yang pelik [17].
  5. Perbedaan visi, misi, dan juga ideologi serta kultural masing-masing partai [17].
  6. Faktor sosial seperti kebudayaan dan ekspresi agama [17]
    Catatan:
    1. Lahirnya para pemimpin yang kurang amanah pada dasarnya diawali oleh kesalahan rakyat dalam memilih para pemimpinnya, kesalahan itu disebabkan oleh:
      a) Rakyat yang tidak mengenal calon pemimpinnya, tidak tahu kebaikan dan keburukan mereka, saya pun sering bingung ketika memilih Caleg DPRD tingkat 1 dan 2, tidak ada seorang pun yang saya kenal (kebaikan dan keburukannya). Hal ini lumrah untuk sebuah negara besar, tidak mungkin semua orang saling mengenal.
      b) Money politic, pada negara berkembang dimana sebagian rakyatnya kurang mampu, politik uang bisa sangat berpengaruh. Apabila menjual suara dianggap sebagai gratifikasi (korupsi), maka kitalah sebagai rakyat yang memulai korupsi.
    2. Tidak ada jaminan Caleg dari Partai Islam akan jujur dan amamah dalam menjalankan tugas, tapi ingat... secara sistem sangat sulit bagi Partai Islam untuk melegalkan yang haram (Judi, Narkoba, Minol, Prostitusi, LGBT, dll), seperti halnya yang sudah dilegalkan di beberapa negara (https://bit.ly/2t1668c).
    3. Pemilih menerapkan standar (ahlak) yang lebih tinggi untuk partai Islam dibandingkan partai lainnya. Sebagaimana standar ahlak yang diberlakukan oleh pengikut kepada pemuka agama akan sangat berbeda dengan standar ahlak yang diterapkaan oleh fans kepada artis idolanya. Pemuka agama jika diterpa isu poligami bisa ditinggal oleh pengikutnya, sedangkan artis walau telah terkena kasus asusila tetap banyak penggemarnya.
    4. Perselisihan (walaupun kecil pada level akar rumput) antara ormas Islam (misalnya NU dan Muhammadiyah) akan sangat kontra produktif ketika sudah masuk ke area politik, akibatnya sulit bagi Tokoh suatu ormas Islam untuk mendapatkan vote (suara) dari luar kelompoknya.
    5. Mengkitik kinerja mereka yang berkuasa memanglah mudah, maklum kita tidak pernah mengalami godaan yang mereka rasakan. Godaan (kesenangan dunia, KKN, dll) akan lebih berat saat orang berkuasa ...... saat saya ditanya... 'Benarkah kelakuan pangeran/keluarga kerajaan Saudi yang katanya seperti ini dan itu?'.... saya pun menjawab.... "saya tidak tahu pasti itu benar atau salah, tapi yang pasti godaan kesenangan dunia akan lebih berat saat orang berkuasa dan apalagi memiliki harta yang banyak....mereka berkuasa, mereka tidak hanya memiliki mobil dan rumah (istana) mewah, mereka juga punya kapal pesiar, jet pribadi, hotel mewah, perusahaan besar dll....bisa dibayangkan bagaimana godaan kesenangan dunia yang datang menggoda mereka".
    6. Kekuasaan (penguasa) pada negara dengan sistem kerajaan lebih besar dibandingkan dengan sistem demokrasi, lalu bagaimana sistem (politik) kerajaan seperti Saudi mengendalikan kinerja para penguasa...Jawabannya adalah Syariat Islam....Lalu bagaimana Syariat Islam tetap exist sebagai sistem hukum positif (hukum yang belaku)? ....kan kalau orang berkuasa dan kaya ada kecenderungan maunya bebas, nggak mau diatur, otoriter (diktator), dsb.....?
      Jawabannya adalah:
      Penguasa (Kerajaan) dan Pemuka Agama (Ulama) menerapkan win-win solution:
      a) Ulama senang karena Negara (Kerajaan) memberlakukan Syariat Islam sebagai hukum yang berlaku, selain itu Ulama juga mendapatkan tunjangan (gaji) dari pemerintah.
      b) Penguasa (Kerajaan) juga senang karena Ulama yang memiliki banyak sekali pengikut mendukung stabilitas politik (tidak memberontak).
      c) Secara umum rakyat juga senang karena harga pangan relatif murah dan stabil, rumah sakit dan sekolah Negeri gratis (hingga Perguruan Tinggi). Rakyat pada umumnya hanya menginginkan kedamaian hidup, para politisilah yang kadang memanaskan situasi (https://bit.ly/2Bhc7lM).
    7. di Timur Tengah sengketa antara Penguasa dan Pemuka Agama sangat menyita energi (tenaga, harta dan darah/nyawa kaum muslimin), pada suatu negara, pemerintah yang didominasi Sunni berhadapan dengan pemberontak yang didominasi Syiah,.... ataupun sebaliknya (di negara yang lain)....bahkan....korban konflik Sunni-Syiah lebih banyak dibandingkan konflik Arab-Israel.
    Apabila anda mempunyai data/fakta/pendapat lain, ataupun saran dan kritik silahkan sampaikan pada kolom komentar di bawah....terima kasih sudah mampir (membaca)...

    Referensi:
    [1] https://news.detik.com/kolom/4148049/menguatnya-politik-islam-bukan-partai-islam
    [2] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia
    [3] https://nasional.tempo.co/amp/1087324/lsi-sebutkan-penyebab-elektabilitas-rendah-partai-di-pilpres-2019
    [4] https://m.merdeka.com/amp/politik/survei-lipi-prediksi-hanya-6-parpol-yang-lolos-ke-dpr.html
    [5] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_1999
    [6] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_2004
    [7] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_2009
    [8] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_2014
    [9] https://m.republika.co.id/amp/mlajoy
    [10] https://m.kaskus.co.id/thread/534213e938cb17a27b8b45bd/kenapa-partai-religius-selalu-kalah-dalam-pemilu/2/?order=asc
    [11] https://m.merdeka.com/amp/politik/minim-tokoh-islami-penyebab-partai-islam-ditinggalkan.html
    [12] https://www.dakwatuna.com/2012/12/17/25372/menghormati-ulama/#axzz5eM98Gwob
    [13] http://asysyariah.com/menghormati-dan-memuliakan-ulama/
    [14] https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2017/05/29/117571/perbaikilah-akhlak-terhadap-ulama.html
    [15] http://www.nu.or.id/post/read/100148/mencari-berkah-dari-sisa-makanan-rasulullah
    [16] https://www.cnbcindonesia.com/news/20180810195720-16-28087/inilah-peta-partai-pengusung-capres-cawapres-pemilu-2019
    [17] https://www.republika.co.id/amp/p5acz9354
    [18] https://nasional.kompas.com/read/2013/11/30/2158147/Koalisi.Partai.Islam.Bisa.Memperkuat.atau.Memperlemah
    [19] https://m.republika.co.id/amp/p75jln428